Font Size: 

Lampung merupakan wilayah dengan potensi lada cukup besar sudah berlangsung lama. Jauh sebelum Banten berkuasa atas Lampung pada abad ke-16 - 18, diperkirakan lada sudah menjadi barang komoditas bagi Lampung. Dalam sektor ekonomi terdapat tiga hal penting yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi. Berdasarkan tinggalan arkeologis, Banten berkuasa atas Lampung dilatarbelakangi lada. Dalam urusan ini, Banten cukup mempengaruhi para petinggi masyarakat Lampung. Pengurusan produksi lada sepenuhnya dikelola para penguasa Lampung. Pihak Banten tinggal menerima hasil sesuai dengan kesepakatan. Produksi lada di Lampung dilakukan pada kawasan perkebunan. Berdasarkan beberapa prasasti peninggalan Kesultanan Banten, di Lampung terdapat beberapa sentra produksi antara lain di Bojong (Lampung Timur), Rajabasa (Lampung Selatan), Sukau (Lampung Barat), dan Tulangbawang. Lokasi perkebunan ada yang jauh dari perkampungan ada juga yang berada di sekitar perkampungan. Kajian ini akan membahas sistem transportasi lada dari daerah produksi (perkebunan) hingga ke titik-titik pusat pengumpulan pengumpulan. Metode penelitian menerapkan metode deskriptif melalui pendekatan arkeologis. Data yang dipakai untuk mengkaji berupa artefaktual dan nonartefaktual dalam kerangka arkeologi. Untuk memperkuat juga digunakan data epigrafis dan historis. Berdasarkan data arkeologis, pada beberapa kawasan telah ditemukan situs-situs permukiman yang berkaitan dengan produksi lada. Data epigrafis memberikan gambaran bagaimana proses pengelolaan lada pada tingkat produksi. Semua itu menunjukkan bahwa produksi lada dilakukan pada lokasi yang secara geografis berada pada tempat pedataran tinggi jauh dari aliran sungai. Sementara itu proses transportasi dilakukan melalui sungai. Dari lokasi produksi, lada dikumpulkan pada lokasi-lokasi tertentu kemudian diangkut melalui jalur transportasi sungai dan kemudian dikirim ke Banten.

lada; produksi; transportasi; sungai